Rabu, 23 Desember 2009

TENTANG BIJI KOPI


Pernah baca “Filosofi Kopi”?
Ia adalah sebuah buku kumpulan cerpen dan prosa karya Dewi “Dee” Lestari yang berkisah tentang seorang barista beserta keseluruhan idealismenya tentang kopi. Bagaimana keharuman kopi telah menginspirasi banyak orang untuk membuat loncatan besar dalam hidupnya.

Tapi, bukan tentang buku itu yang ingin saya bagi kali ini, melainkan tentang percobaan sederhana dari sebutir biji kopi. Dari sebuah percobaan sederhana, saya menemukan hal luar biasa yang dapat memotivasi orang untuk tetap mampu berdiri meski ditempa masalah bertubi-tubi. Inilah kisahnya ….

Seorang koki menyediakan tiga buah panci berisi air lantas ketiganya diletakkan di atas kompor. Sebuah wortel dimasukkan ke dalam panci pertama, kemudian sebutir telur dimasukkan ke dalam panci kedua, lantas pada panci ketiga dimasukkanlah sebutir biji kopi.

Setelah dididihkan selama 15 menit, apa yang terjadi?
Wortel yang tadinya keras, berubah menjadi lembek. Telur yang tadinya lembut dan cair, berubah menjadi keras. Sedangkan kopi, tetap biji kopi yang tidak berubah, namun justru memberi keharuman dan warna pada air dalam panci tersebut.

Bila panci dan air yang dipanaskan melambangkan permasalahan yang kita hadapi sehari-hari, maka ketiga benda didalamnya menunjukkan sikap mental kita setelah menghadapi permasalahan tersebut.

Wortel. melambangkan seseorang yang tadinya keras dan teguh pendirian serta nilai-nilai hidup, selalu berusaha jujur dan siap bekerja keras. Namun setelah menghadapi permasalahan hidup, tekanan lingkungan maupun keluarga yang morat-marit membuat dia memiliki mental yang lemah, tidak berani mengambil keputusan sehingga konsep dirinya berubah.

Telur, melambangkan seseorang yang tadinya lemah lembut, mengerti perasaan orang lain, selalu bersedia melayani, namun akibat terpaan masalah besar dan bertubi-tubi, misalnya karena beban tanggung jawab di kantor yang bertambah, menjadikannya mudah tersinggung, keras kepala dan egois.

Kopi, melambangkan eksistensi diri yang tidak berubah, sekalipun beban permasalahan menghimpit dan menekan sedemikian rupa. Ketika masuk dalam “dapur penderitaan”, ia justru mampu memberikan warna dan keharuman bagi lingkungannya. Dia tidak mengeluh dengan permasalahan yang dihadapi. Dari mulutnya tidak keluar ucapan-ucapan menggerutu dan apatis. Dia tetap optimis bahkan mau berbagi pengalaman agar orang lain tidak mengalami hal serupa.

***

Ketika permasalahan muncul, hendak bagaimana sikap kita? Seperti wortel, telur atau biji kopikah?
Saat ini, di zaman serba kompetitif, lingkungan (kerja, sekolah, pergaulan, dll) tidak hanya membutuhkan manusia-manusia yang kompeten dalam menyelesaikan tugasnya, tapi membutuhkan juga manusia-manusia yang sanggup menjadi biji kopi ketika berkutat dengan beban dan masalah kerjanya. Mereka yang mampu "mengharumkan" melalui ungkapan yang optimis, bukan sekedar cercaan dan kritikan tanpa berbuat apapun.

Maka jadilah "Biji kopi"....





ARTKEL TERKAIT



0 Comments:

Presentasi Profil MTs Negeri Garut


Uploaded on authorSTREAM by aterburg

Presentasi Rencana Kerja Madrasah


Uploaded on authorSTREAM by aterburg

blogger templates | Make Money Online